Ramalan JOYOBOYO : Tentang agama (10 )

Agama akeh sing nantang. 
Prikamanungsan saya ilang.
Ora ngendahake hukum Tuhan. 
Agama ditantang. 
Akeh wong angkara murka. 
Nggedhekake duraka
Ukum agama dilanggar.
(Sri Aji Joyoboyo, abad kesebelas masehi)


Agama ditentang oleh berbagai pihak yang punya kepentingan tertentu, rasa perikemanusiaam pihak yang demikian semakin lama semakin tipis, mereka tidak lagi mematuhi aturan agama Tuhan. Agama diadu dengan agama. Pihak tertentu melakukan angkara murka, dan menambahi perbuatan durhaka. Aturan agama dilanggar terus.


Nujum abad kesebelas Sri Aji Joyoboyo sudah memprediksi kerusakan segala bidang segi kehidupan termasuk tentang agama. Seirama dengan wolak-walik ing jaman maka agama tidak luput pula dilanda jaman terbalik-balik atau jaman edan. Jadi wajar saja jika terjadi segala keanehan perilaku yang menyimpang mengatasnamakan kelompok, ormas, ataupun pembela agama tertentu melakukan tindakan anarki dan kejam serta biadap terhadap sesama umat beragama lain terlepas dari umat yang dijadikan sasaran itu menganut agama yang benar atau pun salah.

Kaum marxist sudah mengelompokkan segala macam mazhab filsafat yang ada di dunia ini ke dalam dua kubu besar. Kubu idealis yang secara awam bisa seperti ini contohnya, "pada abad kelimabesas umat manusia berfikir mengenai kapal laut yang dapat bergerak di udara. Mereka merancang dalam pikiran kira-kira seperti apa benda terbang tersebut. Pada tiga abad sejak itu pesawat udara benar-benar berhasil dibikin oleh umat manusia." Ide tentang pesawat mendahului pesawat udarang sungguhan. Segala sesuatu bermula dan berasal dari ide. Ide lah yang menjadi awal segalanya. Demikian pandangan kaum idealis.

Filsafat materialis yang menjadi pisau analisa kaum marxist, secara awam contohnya seperti ini, "Matahari dalam sistem tata surya kita itu sudah ada lebih dulu dibandingkan kehadiran manusia di bumi, maka dalam memandang matahari sebagai sebuah materi, yang dapat dilihat dan dirasakan oleh perasaan manusia dan dapat dipikirkan seperti apa sesungguhnya matahari. Matahari yang nyata itu lebih dulu ada daripada ide dalam kepala manusia, dan dari sini digenalisir berdasarkan hukum kekekalan zat, bahwa materi ada lebih dulu daripada ide dalam kepala manusia."

Sekadar contoh kecil di atas memang tidak menjelaskan dengan pantas mengenai dua kubu filsafat di atas, untuk mengerti lebih lanjut bacalah buku sangat tebal yang mengupas hal itu.

Pertarungan sesama kaum idealis dalam kubu mereka sendiri memang tidak terbatas atau terikat dalam ruang dan waktu, karena ide tidak terbatas, dengan demikian dapat berlangsung terus menerus  mengiringi kehidupan di bumi manusia.

Kaum materialis yang cinta damai tentu terheran-heran dan tidak habis pikir mengapa ada sebagian ulah manusia yang menjadi khalifah di bumi menjelang abad keduapuluh satu ini masih bertingkah anarki serupa di jaman jahiliyah. 


****